A.
Pendahuluan
Jauh sebelum Islam datang ke Asia Selatan, masyarakat disana sudah
mempunyai peradaban yang sangat tinggi, Islam yang datang ke Asia Selatan sejak
pertama kali pada awal abad 7 M. merupakan salah satu tradisi (ajaran) dari
sekian tradisi yang datang sebelumnya.
Sekitar antara tahun 6000-5000 SM Asia Selatan sudah kedatangan
tamu dari Asia Barat dengan sekelompok orang yang berkebangsaan Dravida yang
membawa dan menyebarkan ajaran dan kepercayaan terhadap adanya Tuhan yang
Absrtak. Tidak hanya bangsa Dravida yang berkelana ke Asia Selatan dan berlomba
mengenalkan sebuah kepercayaan, akan tetapi Bangsa Aria dari Persia juga
memperkenalkan kepercayaan adanya Tuhan yang nyata pada orang-orang Asia
Selatan. Bangsa Aria datang ke Asia Selatan diperkirakan pada tahun 4000 SM,
mereka datang terlebih dahulu menguasai Punjab dan Benaras (India Utara).
Kemudian pada tahun 599 SM lahir pula sebuah kepercayaan yang dikenal dengan
agama Jaina. Meskipun pada akhirnya agama Jaina ini melebur dalam agama Budha yang
dipelopori oleh Gautama Budha di Kapilabastu di kaki gunung Himalaya sekitar
tahun 557 SM. (Maryam 2009: 165)
Tidak hanya agama yang dibawa Bangsa Dravida, Aria, Agama Jaina,
dan Budha yang berkembang disana dalam kurun waktu yang teramat panjang dan bekembang
pesat pula. Setelah Bangsa Aria datang membawa kepercayaan yang berbeda dengan
kepercayaan yang dibawa oleh Bangsa Dravida dan Bangsa Dravida yang cendrung
lebih lemah dibanding dengan Bangsa Aria maka pada akhirnya Bangsa Aria
memakasa Bangsa dravida menganut kepercayaannya. Kemudian, kepercayaan ini
berkembang menjadi agama brahmana yang melahirkan kasta Brahmana, Kasta
Ksatria, Kasta Waisya dan Kasta Sudra ( Karim, 2003 [3]:3)
Dari gambaran kondisi social, budaya, dan keagamaan orang-orang
Asia Selatan, maka kehadiaran Islam bisa dikatakan sebagai bentuk keberanian
guna menyebarkan ajaran Islam ke sana yang sudah dimulai sejak zaman Nabi,
Al-Khulafa Al-Rasyidun, Dinasti Umayyah, Dinasti Ghaznawi, dan Dinasti Ghuri
(Karim,2011 [3]:256). Prestasipun diraih oleh pihak Islam, karena pada akhirnya
Islam dapat menguasai sebagian besar Asia Selatan dan membuat sebagian besar
masyarakatnya juga menerima keberadaan Islam.
B.
Sejarah kedatangan Islam di India dan kesultanan Delhi (1206-1526M)
sebelum Dinasti Khalji
Sejarah kesultanan Dehli di awali ekspansi Muhammad Ghuri ke India.
Motif serangan ini adalah kegagalannya mendirikaan kerajaan di Asia Tengah,
ancaman sisa-sisa dinasti Ghazni di Punjab dan tidak ada kesatuan politik di India. Multan dan Sind berhasil
dikuasai, tetapi dia mendapatkan kesulitan menyerang Hindustan dari dua daerah
ini akhirnya dia menyerang Punjab. Punjab masuk wilayah kekuasaannya tetapi
sejak saat itu dinasti Ghuri berakhir. (Karim, 2004 [2] : 65-67)
Aybek menantu Ghuri naik tahta menggantikan kekuasaannya di India
dengan gelar Sultan pada tahun 1206 M. Sejak saat itu berdirilah kesultanan
Dehli. Aybek mendirikan Masjid Raya Dehli dan memberi nama Quwat al-Islam dan
membangun menara sebuah menara yang besar dan diberi nama Qutub Minar. (Karim,
2009 [2] 262)
Setelah Aybek wafat, kepemimpinan kesultanan Dehli silih berganti
dan mengalami pasang surut. Pemimpin-pemimpin dinasti ini yang terkenal adalah
Aybek, Iltutmish, Nasirrudin seorang sultan yang saleh, dan Ghiasuddin Balban.
Dinasti ini berakhir ketika dipimpin seorang sultan yang masih balita Kaimus
1289 M dan berdirilah dinasti Khalji. (Karim, 2011 [3] : 264)
C.
Sejarah Singkat Dinasti Khalji dan Sultan Alaudin
Dinsati Khalji asala dari nama Khalj, di daerah pegunungan di
Afghanistan, di mana beberapa abad sebelumnya orang berkebangsaan Turki berdiam
secara permanen. Mereka sangat berjasa dalam islamisasi di Asia terutama di
India. Setelah hilang mehilangnya kekuasaan Turkey dan setelah wafatnya Balban
wafat (1287 M) tidak ada orang kuat lagi yang mempertahankan kekuasaan mereka,
sehingga masuklah kekuatan baru dari afghanistan, yaitu Dinasti Khalji, sultan
pertama adalah malik Firuz dengan nama Sultan Jalaludin Fairuz. (Karim, 2011
[3] : 265)
Jalaludin menunjuk keponakkannya Alaudin untuk menjadi gubenur di
daerah Awadh dan Kara. Aludin seorang yang kuat dan memiliki kepemimpinan yang
bagus dan dia juga memiliki ambisi memimpin dunia. Ketika menjadi gubenur dia
izin kepada sultan untuk menyerang Bhilsa dan dia menang. Setelah itu, tanpa
izin sultan dia menyerang Deogir sebuah kawasan yang memiliki kekayaan yang
melimpah sehingga dia pulang membawa harta rampasan yang banyak. Ketika sultan
mendengar kemenangan Alaudin dia bangga dan mendatanginya untuk menyampaikan
ucapan selamat. Ketika sultan dating, Alaudin membunuhnya dan mendeklarasi diri
menjadi sultan yang baru. (K.Ali 1980 : 69)
Mula-mula kedudukan Alaudin sangat sukar, karena dari utara ia
mengahadapi serangan orang-orang Mongol,
sedangkan dari India sendiri ia harus berhadapan dengan beberapa orang
bangsawan Islam yang belum tunduk dan raja-raja India lainnya. Sekalipun
demikian, berkat ketabahan Alaudin khalji kerajaannya dapat diluaskan
keselatan. Yaitu Dekhan. Serangan besar-besaran ke India Selatan diadakan pada
tahun 1310 M dan dipimpin oleh seorang
panglima Islam yang terkenal Malik Kafur. Dalam serangan itu, pasukan dinasti
khalji menang dan mendapat harta rampasan perang yang banyak. Sehingga dengan
demikian agama Islam lebih mendalam pengaruhnya.
Kebanyakan raja-raja Hindu di India Selatan mengakui kekusaan
Alaudin. Dia terkenal sebagai sultan yang kaya, terkenal dalam bangunan sejarah
India karena banyak mendirikan bangunan
besar. Masjid-masjid yag ada di dekat Qutb Minar diperbesar (1311M) dan
diusahakan pula mendirikan menara kedua yang ukurannya dua kali lebih besar
dari pada Qutb Minar yang telah ada. (Kanisius 1973: 38)
Alaudin memiliki ambisi memimpin dunia seperti Alexandria dan dia
juga ingin menjadi seorang Nabi karena dia memiliki 4 sahabat yang setia (Ulugh
Khan, Ja’far khan, nusrat Khan dan alap Khan) sebagaimana Nabi SAW memiliki 4
sahabat (Abu Bakar, Umar bin Khotob, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib).
Tetapi penasehat kerajaan yang bernama Alaul Mulk menasehatinya untuk lebih
memperhatikan India dan tidak mendeklarasikan dirinya sebagai seorang Nabi
karena hal itu akan menyebabkan Ulama serta umat Islam menarik dukungan
kepadanya. Sultan Alauddin akhirnya menerima nasehat Alaul Malik. (Karim, 2011
[3] : 266)
Alaudin seorang pemimpin sekaligus panglima yang hebat, dia sanggup
mengalahkan setiap serangan yang dilakukan oleh pasukan Mongol. Pada tahun 1299
Mongol menyerang Dehli dan hendak menguasai Negara tetapi Alaudin mampu
mengalahan mereka, dan pada tahun 1307 M Mongol menyerang Dehli lagi tetapi
Alaudin mengalahkan mereka dan menimbulkan kerugian yang besar pada pihak musuh
dan setelah kekalahan ini, (selama kekuasaan Alaudin) Mongol tidak pernah
menyerang Delhi lagi. (K. Ali 1980: 70)
Pada di akhir kehidupan Sultan itu kesehatannya terganggu, ia lekas
marah dan ketagihan terhadap minuman keras. Pemerintahan diserahkan kepada
panglima Malik Kafur, yang menaklukkan Deccan dan India selatan lainnya.
Setelah wafatnya sultan tidak ada penerus yang mempunyai kecakapan untuk
memimpin seperti halnya anak anaknya. Putera sultan Qutubuddin Mubarak Khilji
(umur 17 tahun) berhasil merebut istana, selama dua tahun menjabat dia
merupakan raja yang ganas seperti halnya merampas, membunuh dan memerkosa. (Karim,
2011 [3] : 267)
Sultan Mubarak dibunuh dan Khusru mengangkat dirinya sendiri
menjadi sultan Nasarudin. Akan tetapi kenyataannya ia lebih buas lagi dari
sulatan yang digantinya. Delhi mengalami pemerkosaan hak penduduk , kesopanan
dan kehormatan tidak ada bandingnya. Setelah adanya kekacauan ini munculah
orang yang akan melepaskan rakyat dari kekacauan itu. Pengharapan terhadap
terletak pada Ghazi Malik, seorang panglima sultan yang mempertahankan daerah
utara dalam serangan mongol, dan akhirnya Khusru’ di bunuh beserta para
pengikutnya. (Karim, 2011 [3] : 268)
D.
Pengaturan Administrasi Sultan Alaudin
Selain terkenal sebagai penguasai yang kuat, Sultan Alaudin juga
terkenal pemimpin yang rapi dalam kerja dan administrasi. Berikut beberapa
contoh:
1.
Kebijakan Administrasi Sultan Alaudin
·
Melarang
para pejabat sipil maupun militer memiliki harta yang banyak. Hal ini bertujuan
untuk mencegah adanya aksi pemberontakan.
·
Menyebarkan
mata-mata di setiap kota maupun desa. Implikasi program ini adalah rakyat
merasa terawasi, sehingga tidak ada pembicaraan rahasia mengenai pemerintahan
karena ada prakata “Mungkin diiding mendengar”
·
Pemerintah
melarang rakyatnya mengadakan perayaan pesta apapun tanpa seizin sultan.
·
Selain
melarang pesta, sultan melarang meminum anggur dalam pesta atau kesempatan yang
lain. (K. Ali 1980: 77-78)
2.
Reformasi Ekonomi sultan Alaudin
Meskipun Negara mendapat rampasan perang yang melimpah dari daerah
Dakhan, Alaudin juga membutuhkan biaya yang besar untuk menggaji dan membiayai
tentaranya. Setelah beberapa kali mendapat serangan dari Mongol, Alaudin
membuat system perekrutan tentara dengan jumlah yang besar dan mereka mendapat
gaji dari pemerintah, sehingga Negara membutuhkan banyak dana. Untuk mengatasi
masalah ini, Alaudin melakukan reformasi ekonomi. Program-program Alaudin
sebagai berikut:
·
Untuk
meningkatkan pendapat Negara, Sultan Alaudin memperbarui system perpajakan
dengan menarik pajak rumah, pertanian dll.
·
Mengontrol
harga kebutuhan pokok seperti beras atau gandum dan kebutuhan sekunder. Motif
Alaudin melakukan hal ini untuk menekan angka inflasi dan untuk mengendalikan
harga supaya tidak turun dibawah level serta memiliki tujuan politik, supaya
dia mampu mempertahankan keberadaan militer dengan jumlah yang besar. Sebagian
ahli sejarah mengatakan bahwa tujuan alaudin melakukan kebijakkan ekonomi
seperti ini berdasarkan nilai kemanusian. Supaya setiap orang mampu membeli
kebutuhannya dipasar. Tetapi menurut para pakar tujuan utama kebijakkan ini
bersifat potik yaitu mempertahankan tentara dengan jumlah besar dan supaya
mereka tetap merasa nyaman dengan gaji yang mereka dapatkan.
·
Mengontrol
suplai bahan kebutuhan masyarakat. Kebijakkan menetapkan harga kebutuhan
masyarakat tentunya tidak banyak memiliki faedah ketika keberadaan langka atau
berlebihan. Untuk mengatasi permasalahan ini, Alaudin membuat program tentang
pengontrolan kebutuhan masyarakat. Sebagai contoh, Alaudin menunjuk beberapa
daerah untuk ditanami biji-bijian, seperti daerah Khalsa atau daerah-daerah
pedesaan di Dehli.
·
Sultan
tidak hanya mengontrol harga dan suplai kebutuhan, tetapi dia juga mengontrol
tranportasi yang membawa dan mengirim barang. Setiap pedagang yang membawa
barang dari satu daerah ke daerah yang lain harus mendaftarkan diri dan sebagai
konpensasinya adalah segala kebutuhan untuk pengiriman atau pengambilan barang
difasilitasi oleh Negara.
·
Rationing
system. Untuk mengatur antara barang dan kebutuhan, Alaudin mengatur rasio penjualan.
Rasio penjualan untuk mengatasi penjualan barang yang langka dan melimpah.
Sebagai contoh, sultan melarang dealer yang terdaftar untuk menjual gandum atau
beras dari stok pemerintah melebihi setengah Maund kepada setiap orang (K. Ali
1980: 82-83)
·
Menghukum
pedagang yang tidak jujur. Salah satu program ekonomi yang diketahui dilakukan
Alaudin adalah menghukum pedagang yang melakukan kecurangan dalam timbangan.
Ketika seorang pedagang mencuri timbangan dan tertangkap maka pemerintah
memotong daging orang itu seberat timbangan yang dicuri. Implikasi dari aturan
ini, para pedagang melebihkan timbangan ketika mereka menjual sesuatu. (Karim,
2009 : 265)
Untuk menjalankan program diatas,
Alaudin membuat dua lembaga pemerintahan yaitu Shahana-i-Mandi yang dipimpin
oleh Malik Qabul dan Diwan-i-Riyasat yang dipimpin oleh Yaqub. Shahana-i-Mandi
bertanggung jawab pada masalah logistic makanan dan mengurus penjual yang
lansung dipasar dan menangani masalah penetapan harga, sedang Diwan-i-Riyasat
bertanggung jawab pada masalah pakaian dan kebutuhan yang lain selain pangan
dan menangani masalah yang lebih general. (K. Ali 1980: 83)
3.
Faktor-faktor yang Mensukseskan Program Reformasi Ekonomi.
Program reformasi ekonomi yang
dicanangkan sultan Alaudin berjalan sangat baik. Rakyat India merasa bahagia.
Ada beberapa factor yang ikut menjadi sebab kesuksesan program sultan Alaudin.
·
System
yang dicanangkan memiliki kekuatan untuk memaksa dan adanya hukuman bagi mereka
yang melanggar aturan.
·
Kepentingan
individu dan pengawasan yang dilakukan terus menerus oleh sultan. Beliau
meminta laporan dari berbagai sumber secara rutin, kadang beliau mengutus
budaknya atau berangkat sendiri dengan menyamar untuk mengetahui keadaan pasar.
·
Kesabaran
dan keuletan pegawai dalam menjalankan program ini. sultan tidak segan
menghukum mereka ketika mereka secara terbukti melakukan kesalahan.
·
Yang
paling utama adalah program itu sendiri yang dirancang dengan secara berurutan
dan matang. (K. Ali 1980: 83)
4.
Faktor-faktor yang Mendorong Alaudin Melakukan Reformasi Ekonomi
Ketika Negara menjadi besar dan
beban keuangan Negara meningkat sultan Alaudin melakukan reformasi ekonomi.
Beberapa faktor yang memdorongnya melakukan hal itu antara lain:
·
Negara
membutuhkan militer yang kuat sehingga mampu menahan serangan bangsa Mongol,
untuk membangun militer yang kuat Negara membuat banyak dana. Hal ini memaksa
Alaudin untuk membuat kebijakan penarikan pajak, seperti pajak rumah atau
pertanian.
·
Negara
membutuhkan tentara yang banyak, sebagai konsekuensinya Negara harus memberikan
kwalitas hidup layak sehingga Negara membutuhkan anggaran dana yang besar, maka
Alaudin mereformasi sistem ekonomi Negara. (K. Ali 1980: 72)
E.
Dampak Reformasi Sultan Alaudin
Reformasi ekonomi yang dilakukan
Sultan Alaudin memiliki beberapa dampak yang positif, meskipun ada beberapa
kelompok orang yang merasa dirugikan. Beberapa dampak itu antara lain.
·
Rakyat
tidak mengalami kenaikan harga meskipun dalam keadaan paceklik (sedikitnya
barang yang dibutuhkan)
·
Tidak
adanya pemberontakan
·
Meningkatnya
ketaatan rakyat
·
Rakyat
bahagia dan sejahtera (K. Ali 1980: 83)
·
Pemilik
modal besar dan kaum bangsawan merasa dirugikan karena tidak bisa menetukan
harga, sehingga keuntungan mereka turun drastis. (K. Ali 1980: 86)
F.
Penutup
Setelah melihat beberapa sejarah
yang penulis paparkan di makalah ini, penulis menyimpulkan bahwa Sultan Alaudin
Khalji merupakan Sultan yang sangat amat berjasa pada kejayaan islam yang
khusunya di India, cerdas, tegas, cermat dan adil yang selalu tertanam pada
dirinya. Bisa dikatakan cerdas ketika dia memikirkan dan memberikan kebijakan
pembaruan sistem ekonomi di negaranya sehingga tidak ada rakyat dan tentara
merasa terbebani, bisa dikatakan tegas menghukum siapa pun yang salah dan bisa
dikatakan cermat ketika dia menyamar sebagai seorang pembeli di pasar dan
menemukan permasalahan di pasar dan menyelesaikannya.
G.
Refrensi
·
K.
Ali, M.A. History of India Pakistan & Bangladesh. Dakha. Ali Publications
1980.
·
M.
Abdul Karim. Sejarah pemikiran dan peradaban Islam. Yogyakarta. Pustaka Book
Publiser. 2009.
·
ensiklopedi
umum. Jajasan kanisius, 1973
·
M.
Abdul Karim. Sejarah pemikiran dan peradaban Islam. Yogyakarta. Bagaskara. 2011
·
Siti
Maryam DKK, Sejarah Peradaban Islam; Dari Masa Klasik Hingga Modern
.Yogyakarts. lesfi,2009.
Sy sebal dgn film padmaavat yg menggambarkan alauddin khilji sbg raja yg kejam
BalasHapusIya, benar.
HapusBener koq film india padmavat menggambarkan sultan pemimpin muslim yg jahat ya spt sdg mendiskreditkan umat islam dgn kejahatan dn kekejaman pdhal sptnya ga spt itu jg
BalasHapusAbis nonton film padmaavat langsung cek blog ini banyak pencerahan . Oh ya yg saya penasaran inubhbungan antara sultan alaudin khilji dgn malik kufar mungkin next bisa dijelaskan perihal kerabat2 sultan . Thankz
BalasHapus